BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan berpikir dan
kesadaran manusia akan diri dan dunianya, telah mendorong terjadinya
globalisasi. Situasi global membuat kehidupan semakin kompetitif dan
membuka peluang bagi manusia untuk mencapai status dan tingkat kehidupan
yang lebih baik. Dampak positif dari kondisi global telah mendorong manusia
untuk terus berfikir, meningkatkan kemampuan, dan tidak puas terhadap apa yang
dicapainya pada saat ini. Adapun dampak negatif dari globalisasi, terjadinya
keresahan hidup di kalangan masyarakat yang semakin meningkat karena banyaknya
konflik, stress, kecemasan, dan frustasi.
Dengan demikian, kita
harus sadar bahwa hidup dan kehidupan kita berhiaskan masalah, baik masalah
yang datang dari diri kita sendiri maupun masalah yang datang dari luar. Namun,
dengan niat yang kuat serta pemberian bantuan dari konselor dalam lingkup
bimbingan konseling maka akan berhasil menyelesaikan (to solve) masalah-masalah
yang dihadapi.
Pendidikan adalah salah
satu bentuk lingkungan yang bertanggung jawab dalam memberikan asuhan terhadap
proses perkembangan individu. Bimbingan dan konseling akan merupakan bantuan
individu di dalam memperoleh penyesuaian diri sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan
komponen pendidikan yang dapat membantu
para siswa dalam proses perkembangannya. Pemahaman terhadap masalah
perkembangan dengan prinsip-prinsipnya akan merupakan kebutuhan yang mendasar
bagi pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling.
Tuhan Yang Maha Esa
memberikan segenap kemampuan potensial kepada manusia, yaitu kemampuan yang
mengarah pada hubungan manusia dengan Tuhannya dan yang mengarah para hubungan
manusia dengan sesama manusia dan dunianya. Penerapan segenap kemampuan
potensial itu secara langsung berkaitan dengan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
Bebicara tentang agama
terhadap kehidupan manusia memang cukup menarik, khususnya Agama Islam. Hal ini
tidak terlepas dari tugas para Nabi yang membimbing dan mengarahkan manusia
kearah kebaikan yang hakiki dan juga para Nabi sebagai figure konselor yang
sangat mumpuni dalam memecahkan permasalahan (problem solving) yang berkaitan
dengan jiwa manusia, agar manusia keluar dari tipu daya syaitan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
Konsep Dasar Bimbingan konseling Islami?
2. Apa Tujuan dan
Dasar Bimbingan konseling Islami?
3. Bagaimana
Asas-asas Bimbingan
konseling Islami?
4. Apa
Fungsi dan Metode Bimbingan
konseling Islami?
5.
Bagaimana
Syarat menjadi pembimbing dan konselor Islami?
C. Tujuan
Adapun Tujuan pada penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui Konsep
Dasar Bimbingan konseling Islami?
2. Mengetahui
Tujuan dan Dasar Bimbingan konseling Islami?
3. Mengetahui Asas-asas Bimbingan konseling Islami?
4. Mengetahui Fungsi dan Metode Bimbingan konseling Islami?
5.
Mengetahui Syarat menjadi pembimbing
dan konselor Islami?
BAB II
ISI
A. KONSEP DASAR BIMBINGAN KONSELING ISLAMI
Pada dasarnya bimbingan konseling hampir
sama dengan bimbingan konseling islami, bimbingan konseling islami lebih
mengarah ke agama. Jadi, bimbingan konseling islami adalah proses pemberian
bantuan yang terarah, continue, dan sistemmatis kepada setiap individu
agar dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya
secara optimal dengan cara menerapkan nilai-nilai yang
terkandung di dalam Al-Qur’an dan hadits sehaingga individu tersebut dapat hidup selaras sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan hadits.
Ada beberapa individu yang sama sekali tidak mempunyai hubungan yang baik dengan Allah SWT. Diantaranya
adalah:
1. Manusia yang terlepas hubungannya dengan Allah SWT
2. Manusia yang terlepas hubungan dengan manusia lainnya atau alam semesta
3. Manusia yang sama sekali tidak memilki hubungan yang baik dengan Allah SWT maupun dengan manusia dan alam semesta
Dalam hubungan yang serba terputus tersebut maka pada saat itulah diperlukan konseling islami yang berfungsi
untuk menanggulangi perkembangan fitrah beragama tersebut sehingga individu itu kembali sadar akan
eksistensinya sebagai khalifah di
muka bumi yang berfungsi untuk mengabdi kepada Allah SWT.
Dari pemahaman yang telah dikemukakan di atas maka dapat diperoleh jawaban bahwa klien bimbingan konseling islami itu adalah setiap individu mulai dari lahirnya sehingga menginternalisasikan
norma-norma Al-Qur’an dan hadits dalam perilaku hidupnya,
serta individu yang mengalami penyimpangan dalam perkembangan fitrah bergama yang di milikinya.
Adapun konsep dasar bimbingan konseling islami yang utamanya berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits seperti dalam Surat surah
Al-Qamar ayat 40
Artinya: ” Sesungguhnya telah Kami
mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran”
(Q.S. Al-Qamar: 40).
Al-Qur’an dan sunnah
rasul adalah landasan ideal dan konseptual bimbingan konseling islami. Dari
kedua dasar tersebut gagasan, tujuan dan konsep-konsep bimbingan konseling
Islam bersumber. Segala usaha atau perbuatan yang dilkukan manusia selalu
membutuhkan adanya dasar sebagai pijakan untuk melangkah pada suatu tujuan,
yakni agar orang tersebut berjalan baik dan terarah. Begitu juga dalam
melaksanakan bimbingan Islam didasarkan pada petunjuk Al-Qur’an dan Hadits,
baik yang mengenai ajaran memerintah atau memberi isyarat agar memberi
bimbingan dan petunjuk.
Al-Qur’an dapat menjadi
sumber konseling islami, nasehat, dan obat bagi manusia. Firman Allah surah
al-Isra’ ayat 82
Artinya: “Dan kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an tidaklah
menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (Q.S. Al-Isra: 82).
Menurut tafsir tematik cahaya Al-Qur’an, Al-Qur’an merupakan mukjizat
Muhammad SAW yang abadi, yang diturunkan Allah SWT berbagai cahaya dan
petunjuk. Di dalamnya terdapat obat bagi jiwa yang sakit karena penyakit hati
dan penyakit kemasyarakatan, seperti akidah yang sesat dan menyingkap hati yang
tertutup, sehingga menjadi obat bagi hati, seperti layaknya ramuan obat-obatan
bagi kesehatan. Jika suatu kaum mau mengambil petunjuk darinya mereka akan
mendapatkan kemenangan dan kebahagiaan, sebaliknya jika mereka tidak mau
menerimanya, maka mereka akan menyesal dan sengsara.
Bimbingan konseling dalam kehidupan muslim sudah ada sejak zaman Nabi Adam
dan nabi-nabi setelahnya, mereka mendapat amanah dari Allah SWT sebagai salah
satu dari berbagai tugas manusia adalah membina dan membentuk manusia yang
ideal sesuai dengan fitrahnya, mengarah kepada sesuatu yang bermanfaat dan
melarang dari sesuatu yang membahayakan mereka sesuai tuntutan Allah SWT.
Dasar yang memberi isyarat kepada manusia untuk memberi nasehat (konseling)
kepada orang lain. Firman Allah surah Al-Ashr ayat 1-3
Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia
benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal shaleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat-menasehati supaya mentaati kesabaran” (Q.S. Al-Ashr: 1-3).
B. TUJUAN DAN DASAR BIMBINGAN KONSELING ISLAMI
Tujuan bimbingan dan
konseling Islami menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan umum dari
bimbingan dan konseling Islami adalah membantu individu mewujudkan dirinya
menjadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat. Tujuan khusus bimbingan dan konseling Islami adalah :
a. Membantu individu agar
tidak menghadapi masalah
b. Membantu individu
mengatasi masalah yang dihadapi
c. Membantu individu
memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik
agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber
masalah bagi dirinya dan orang lain.
Tujuan konseling Islami
menurut (Hamdani Bakran Adz-Dzuki:76) adalah :
a. Untuk menghasilkan
suatu perubahan, perbaikan, kesehatan, dan kebersihan jiwa dan mental. Jiwa
menjadi tenang, jinak dan damai (muthmainah), bersikap lapang dada (radhiyah)
dan mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya (mardhiyah)
b. Untuk menghasilkan
suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan, tingkah laku yang dapat memberikan
manfaat baik pada diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan kerja, maupun
lingkungan social dan alam sekitarnya.
c. Untuk menghasilkan
kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa
toleransi, kesetiakawanan, tolong-menolong dan rasa kasih saying
d. Untuk menghasilkan
kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang rasa
keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi segala
perintah-Nya, serta ketabahan untuk menerima ujian-Nya.
e. Untuk menghasilkan
potensi ilahiyyah, sehingga dengan potensi itu individu dapat melakukan
tugasnya sebagai khalifah dengan baik, menanggulangi berbagai persoalan hidup
dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungan pada berbagai
aspek kehidupan.
C. LANDASAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM
Landasan bimbingan
konseling islam bisa dilihat dari berbagai macam pandangan, diantaranya yaitu :
1. Landasan Historis
Perhatian terhadap
pengembangan potensi diri individual telah berkembang sejak zaman Yunani Kuno,
hal ini dipelopori oleh Plato dan Aristoteles. Secara organisatoris dan yuridis
formal, profesi BP/BK menunjukan kondisi yang semakin bagus, hanya saja dalam
tataran implementasi masih mengalami kelemahan dalam berbagai aspeknya, seperti
aspek manajemen, sumber daya (kualitas pribadi dan kemampuan profesional),serta
sarana dan prasarana.
2. Landasan Filosofis
Landasan ini terkait dengan cara pandang para ahli berdasarkan olah
pikirnya tentang hakikat manusia, tujuan, dan tugasnya hidup di dunia, serta
upaya-upaya untuk mengembangkan, mengangkat, atau memelihara nilai-nilai
kemanusiaan manusia. Bimbingan juga merupakan kegiatan manusiawi yang terkait
dengan upaya mengembangkan potensi insaniyah manusia, sehingga manusia senantiasa
berada di jalur kehidupan yang beradab, bermartabat dan bermanfaat.
3. Landasan Sosial Budaya
Kebutuhan bimbingan timbul karena adanya masalah yang dihadapi oleh
individu yang terlibat dalam kehidupan masyarakat. Semakin rumit struktur
masyarakat dan keadaannya, semakin banyak dan rumit pula maslah yang dihadapi.
Dengan kata lain, bimbingan dibutuhkan karena adanya faktor-faktor yang
menambah rumitnya keadaan masyarakat dimana individu itu hidup.
Faktor-faktor tersebut diantaranya:
a. Adanya perubahan konstelasi keluarga.
Kecenderungan kehidupan keluargayang tidak harmonis, sangatlah tidak
diharapkan, karena bagaimanapun keadaan keluarga sangatlah berpengaruh kepada
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Keutuhan, kestabilan, dan keharmonisan
keluarga yang diwarnai nilai-nilai agama akan melahirkan generasi muda yang
berakhlak mulia dan juga suasana kehidupan masyarakat yang harmonis. Apabila
yang terjadi malah sebaliknya, maka ketidakharmonisan yang akan dirasakan.
b. Perkembangan pendidikan
Arah yang meninggi tampak dalam bertambahnya kesempatan dan kemungkinan
bagi siswa untuk mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Arah ini
menimbulkan kebutuhan bimbingan bagi siswa-siswa untuk memilih kelanjutan
sekolah yang paling tepat bagi mereka.
c. Perubahan dunia kerja/karir
Saat ini masalah karir telah menjadi komponen layanan bimbingan yang lebih
penting dibandingkan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh adanya berbagai
perubahan, yaitu:
1. Meningkatnya kebutuhan
terhadap para pekerja yang profesional dan memiliki keterampilan teknik.
2. Berkembangnya berbagai
jenis pekerjaan sebagai dampak dari penerapan teknologi maju.
3. Berkembangnya
perindustrian di berbagai daerah.
4. Berbagai pekerjaan yang
baru memerlukan cara-cara pelayanan yang baru.
5. Semakin bertambahnya
jumlah para pekerja yang masih berusia terlalu dini untuk bekerja.
d. Perkembangan komunikasi
Dampak media komunikasi terhadap kehidupan manusia sangat besar, terutama
terhadap anak-anak. Dalam hal ini layanan bimbingan yang memfasilitasi
berkembangnya kemampuan anak dalam mengambil keputusan merupakan pendekatan
yang dianggap paling tepat.
e. Seksisme dan rasisme
Seksisme merupakan paham yang mengunggulkan salah satu jenis kelamin dari
jenis kelamin lainnya. Sedangkan rasisme merupakan paham yang mengunggulkan
salah satu ras dari ras yang lain. Fenomena ini nampak dari sikap orang tua
yang masih memegang budaya tradisional dalam pemilihan karir bagi anak
perempuan, yaitu tidak memberikan kebebasan untuk memilih sendiri karir yang
diminatinya. Berdasarkan kondisi tersebut, maka program bimbingan berperan
penting dalam upaya membantu orang tua agar memiliki pemahaman bahwa anak
perempuanpun memiliki kebebasan untuk memiliki peluang yang sama dengan anak
laki-laki dalam memilih karir yang diminatinya.
f. Kesehatan mental
Kesehatan mental ini berhubungan dengan gangguan emosional atau masalah
kejiwaan. Layanan bimbingan diselenggarakan dalam upaya mengembangkan mental
yang sehat, dan menyembuhkan serta mencegah timbulnya mental yang tidak sehat.
g. Perkembangan teknologi
Terdapat dua masalah penting yang timbul seiring berkembangnya teknologi
dengan pesat. (1) penggantian tenaga kerja dengan alat-alat mekanis-elektronik,
dan hal ini menyebabkan pengangguran, (2) bertambahnya jenis-jenis pekerjaan
dan jabatan baru yang menghendaki keahlian khusus dan memerlukan pendidikan
khusus pula bagi orang-orangg yang akann menjabatnya. Kedua masalah ini
menimbulkan kebutuhan untuk mendapatkan pengetahuan tentang berbagai pilihan
jabatan dan cara memilihnya dengan tepat. Di sinilah bimbingan dirasa
diperlukan.
h. Kondisi moral dan keagamaan
Penilaian terhadap keyakinan agama sering didasarkan pada kesenangan
pribadi, terutama pada kaum muda saat ini. Hal ini nyatanya akan membawa pada
perasaan tertekan dengan adanya perbedaan antara keyakinan yang dianutnya dan
keyakinan yang dianut oleh masyarakat dan keluarganya sehingga konflikpun dalam
dirinya akan semakin besar. Bimbingan dalam hal ini berusaha mengarahkan
individu yang mengalami konflik tersebut agar konfliknya bisa terselesaikan.
i.
Kondisi sosial ekonomi
Faktor ini berkaitan dengan masalah kecemburuan sosial, tidak percaya diri
karena merasa tidak mampu, tidak nyaman bergaul dengan kalangan orang-orang
yang kaya yang ditimbulkan oleh adanya perbedaan kondisi ekonomi di tengah
masyarakat. Untuk menanggulangi masalah tersebut, diperlukan layanan bimbingan
bagi kedua kelopok di atas, yaitu kelompok yang merasa dirinya kurang mampu dan
kelompok yang menamakan diri sebagai orang kaya.
4. Landasan Religius
Landasan religius bimbingan secara umum pada dasarnya ingin menetapkan
klien sebagai mahluk Tuhan dengan segenap kemuliaannya menjadi fokus sentral
upaya bimbingan dan konseling (Prayitno dan Erman Amti, 2003: 233). Al Qur’an
dan Sunnah rasul merupakan landasan utama yang dilihat dari sudut asal-usulnya,
merupakan landasan ‘naqliyah’, maka landasan lain yang dipergunakan oleh
bimbingan dan konseling Islami yang bersifat ‘aqliyah’ adalah filsafat
dan ilmu. Firman Allah dalam Al-Quran:
“Demi masa.Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
(Q.S. Al-Ashr :1-3)
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al Ahzab:21)
Manusia sesuai hakikatnya diciptakan dalam keadaan yang baik, termulia,
sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lainnya namun manusia juga memiliki
hawa nafsu dan sifat buruk. Mengingat berbagai sifat seperti itu, maka
diperlukan adanya upaya untuk menjaga agar manusia tetap menuju kearah bahagia
menuju kearah “ahsanitaqwim” dan tidak terjerumus ke keadaan yang hina atau ke
“asfala safilin”.
D.
ASAS-ASAS BIMBINGAN KONSELING ISLAMI
Ada beberapa asas dalam bimbingan konseling
islam, dantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Asas-asas Kebahagiaan Dunia dan Akhirat
Bimbingan konseling islam mempunyai tujuan akhir untuk membantu
klien mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Kebahagiaan duniawi,
bagi seorang muslim hanya kebahagiaan yang bersifat sementara, kebahagiaan
akhiratlah yang menjadi tujuan utama, sebab kebahagiaan akhirat merupakan
kebahagiaan yang abadi.
Kebahagiaan
akhirat akan tercapai bagi semua manusia, jika dalam kehidupan dunianya juga
senantiasa taat kepada Allah SWT. Oleh karena itulah maka islam mengajarkan
hidup dalam keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara kehidupan keduniaan
dan keakhiratan.
2.
Asas Fitrah
Manusia menurut
islam dilahirkan dalam atau dengan membawa fitrah, yaitu berbagai kemampuan
potensial bawaan dan kecendrungan sebagai muslim atau beragama islam. Bimbingan
dan konseling membantu klien untuk mengenal dan memahami fitrahnya itu, atau
mengenal kembali fitrahnya tersebut manakala pernah tersesat, serta
menghayatinya sehingga dengan demikian akan membantu mencapai kebahagiaan hidup
di dunia dan diakhirat karena bertingkah laku sesuai dengan fitrahnya.
3.
Asas “Lillahi ta’ala”
Bimbingan
konseling islam diselenggarakan semata-mata karena Allah SWT. Konsekuensi dari
asas ini berarti pembimbing melakukan tugasnya dengan penuh keikhlasan, tanpa
pamrih, sementara yang dibimbing pun menerima atau meminta bimbingan konseling
dengan ikhlas dan rela, karena semua pihak merasa bahwa semua yang dilakukan
adalah untuk pengabdian kepada Allah SWT semata, sesuai dengan fungsi dan
tugasnya sebagai makhluk Allah yang harus senantiasa mengabdi kepada-Nya.
4.
Asas Bimbingan Seumur Hidup
Manusia hidup
betapapun tidak akan ada yang sempurna dan selalu bahagia, dalam kehidupannya
mungkin saja manusia akan menjumpai berbagai kesulitan. Oleh karena itu, maka
bimbingan konseling islam diperlukan selama hayat masih dikandung badan. Kesepanjang hayatan bimbingan konseling ini,
selain dilihat dari kenyataan hidup manusia, dapat pula dilihat dari sudut
pendidikan. Pendidikan yang dimaksud adalah
berasaskan pendidikan seumur hidup, karena belajar menurut islam wajib
dilakukan oleh semua orang tanpa membedakan usia.
5.
Asas Kesatuan
Jasmaniah dan Rohaniah
Bimbingan
konseling islame memperlakukan kliennya sebagai makhluk jasmaniah-rohaniah,
tidak memandangnya sebagai makhluk biologis semata, atau makhluk rohaniah
semata. Bimbingan konseling islami membantu individu untuk hidup dalam
keseimbangan jasmaniah dan rohaniah tersebut.
6.
Asas Keseimbangan Rohaniah
Rohani manusia
memiliki daya kemampuan fakir, merasakan atau menghayati dan kehendak atau hawa
nafsu, serta juga akal. Kemampuan ini merupakan sisi lain dari kemampuan
fundamental potensial untuk:
a. Mengetahui
(mendengar)
b. Memperhatikan
atau menganalisis (melihat dengan bantuan atau dukungan pikiran)
c. Menghayati
(hati dengan dukungan kalbu dan akal)
Bimbingan
konseling islami menyadari keadaan kodrati manusia tersebut, dan dengan
berpijak pada firman-firman Tuhan serta hadits Nabi, membantu klien memperoleh
keseimbangan diri dalam segi mental rohaniah tersebut.
Klien
diajak untuk mengetahui apa-apa yang perlu diketahuinya, kemudian memikirkan
apa-apa yang perlu difikirkannya, sehingga memperoleh keyakinan, tidak menerima
begitu saja, tetapi tidak juga menolak begitu saja. Kemudian diajak memahami
apa yang perlu dipahami dan dihayatinya setelah berdasarkan pemikiran dan
analisis yang jernih diperoleh keyakinan tersebut. Klien diajak untuk menginternalisasikan norma
dengan mempergunakan semua kemampuan rohaniah potensialnya tersebut, bukan
hanya mengikuti hawa nafsu semata.
7.
Asas Kemaujudan Hidup
Bimbingan
konseling islam berlangsung pada citra manusia menurut islam, memandang
seseorang individu merupakan suatu maujud (eksistensi) tersendiri. Individu
mempunyai hak, mempunyai perbedaan individu dari yang lainnya, dan mempunyai
kemerdekaan pribadi sebagai konsekuensi dari hak dan kemampuan fundamental
potensial rohaniahnya.
8.
Asas Sosialitas Manusia
Manusia
merupakan makhluk sosial. Hal ini diakui dan diperhatikan dalam bimbingan konseling
islam. Pergaulan, cinta kasih, rasa aman, penghargaan terhadap diri sendiri dan
orang lain, rasa memiliki dan dimiliki, semuanya merupakan aspek-aspek yang
diperhatikan di dalam bimbingan konseling islam, karena merupakan ciri hakekat
manusia. Dalam bimbingan konseling islam, sosialitas manusia diakui dengan
memperhatikan hak individu, hak individu juga diakui dalam batas tanggung jawab
sosial dan masih pula ada hak “alam” yang harus dipenuhi manusia (prinsip
ekosistem), begitu pula hak Tuhan.
9.
Asas Kekhalifahan Manusia
Manusia menurut
islam diberikan kedudukan yang tinggi sekaligus tanggung jawab yang besar,
yaitu sebagai pengelola alam semesta. Dengan kata lain, manusia dipandang
sebagai makhluk berbudaya yang mengelola alam sekitar sebaik-baiknya. Sebagai
khalifah manusia harus memelihara keseimbangan ekosistem, sebab masalah-masalah
kehidupan kerap kali muncul dari ketidakseimbangan ekosistem tersebut yang
diperbuat oleh manusia itu sendiri.
Bimbingan dan
fungsinya tersebut untuk kebahagiaan dirinya dan umat manusia. Kedudukan manusia sebagai khalifah itu dalam
keseimbangan dengan kedudukannya sebagai makhluk Allah SWT yang harus mengabdi
pada-Nya. Dengan demikian, jika memiliki kedudukan tidak akan memperturutkan
hawa nafsu semata.
10.
Asas Keselarasan dan Keadilan
Islam
menghendaki keharmonisan , keselarasan, keseimbangan, keserasian dengan segala
hal. Dengan kata lain, islam menghendaki manusia berlaku adil terhadap hak
dirinya sendiri, hak orang lain, hak alam semesta (hewan, tumbuhan) dan juga hak
Tuhan. Oleh karena itu harus ada keseimbangan dan keharmonisan antar semuanya.
11.
Asas Pembinaan Akhlaqul-Karimah
Manusia,
menurut pandangan islam, memiliki sifat-sifat yang baik, sekaligus mempunyai
sifat-sifat lemah. Sifat-sifat yang baik merupakan sikap yang dikembangkan oleh
bimbingan konseling islam. Bimbingan konseling islam membantu klien memelihara,
mengembangkan, dan menyempurnakan sifat-sifat yang baik tersebut. Sejalan
dengan tugas dan fungsi rasulullah diutus oleh allah Swt.
12. Asas
Kasih Sayang
Setiap manusia
mmerlukan cinta kasih dan rasa kasih sayang dari orang lain. Rasa kasih sayang
ini dapat mengalahkan dan menundukkan banyak hal. Bimbingan konseling islam
dilakukan dengan berlandaskan kasih sayang, sebab hanya dengan kasih sayanglah
bimbingan konseling akan berhasil.
13.
Asas Saling Menghargai dan Menghormati
Dalam bimbingan
konseling kedudukan konselor dan klien pada dasarnya sama atau sederajat,
perbedaannya hanya terletak pada fungsinya saja yakni konselor memberikan
bantuan sedangkan klien menerima bantuan. Hubungan yang terjalin antara
konselor dan klien merupakan hubungan yang saling menghormati sesuai dengan
kedudukan masing-masing sebagai makhluk Allah SWT.
Konselor
dipandang diberi kehormatan oleh klien karena dirinya dianggap mampu memberikan
bantuan mengatasi kesulitannya atau untuk tidak mengalami masalah, sementara
klien diberi kehormatan dan dihargai oleh konselor dengan cara yang
bersangkutan bersedia membantu atau membimbingnya.
14.
Asas Musyawarah
Bimbingan
konseling islam dilakukan dengan asas musyawarah, artinya antara konselor dan
klien terjadi dialog yang baik satu sama lain, tidak saling mengatur, tidak ada
perasaan tertekan, dan keinginan tertekan.
15.
Asas Keahlian
Bimbingan
konseling islam dilakukan oleh orang-orang yang memang memiliki kemampuan
keahlian dibidang tersebut, baik keahlian dalam metodologi dan teknik-teknik
bimbingan dan konseling, maupun dalam bidang yang menjadi permasalahan
bimbingan dan konseling.
Untuk menjamin
keberhasilan usaha bimbingan dan konseling, para petugas harus mendapatkan
pendidikan dan latihan yang memadai pengetahuan, keterampilan, sikap dan
kepribadian yang ditampilkan oleh konselor akan menunjang hasil konseling.
E.
FUNGSI DAN METODE BIMBINGAN KONSELING ISLAMI
Fungsi bimbingan dan konseling Islam ditinjau dari kegunaan atau manfaat,
ataupun keuntungan-keuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan tersebut.
Fungsi-fungsi bimbingan dan konseling Islam dikelompokkan menjadi empat :
1.
Fungsi preventif : yakni membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya
masalah bagi dirinya.
2.
Fungsi kuratif atau korektif : yakni membantu individu memecahkan masalah
yang sedang dihadapi atau dialaminya.
3.
Fungsi preservatif : yakni membantu individu menjaga agar situasi dan
kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) yang telah menjadi baik
(terpecahkan) itu kembali menjadi tidak baik (menimbulkan masalah kembali.
4.
Fungsi developmental atau pengembangan ; yakni membantu individu memelihara
dan mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau
menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya
masalah baginya.
Metode dalam bimbingan
konseling islam yaitu :
1.
Metode langsung
Metode langsung (metode komunikasi langsung) adalah metode dimana
pembimbing melakukan komunikasi langsung (bertatap muka) dengan orang yang
dibimbingnya. Metode ini dapat dirinci lagi menjadi :
a.
Metode Individual
Bimbingan konseling individu yaitu bimbingan konseling yang
memungkinkan klien mendapat layanan langsung tatap muka dalam rangka pembahasan
dan pengentasan permasalahan yang sifatnya pribadi yang dideritannya, Dalam
konseling ini hendaknya konselor bersikap penuh simpati dan empati. Simpati
artinya menunjukkan adanya sikap turut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh
klien. Dan empati artinya berusaha menempatkann diri dalam situasi diri klien
dengan segala masalah-masalah yang dihadapinya. Dengan sikap ini klien akan
memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada konselor. Dan ini sangat membantu
keberhasilan konseling.
2.
Metode Kelompok
Tehnik ini
dipergunakan dalam membantu klien/murid atau sekelompok klien/murid memecahkan
masalah-masalah dengan melalui kegiatan kelompok, yaitu yang dirasakan bersama
oleh kelompok atau bersifat individual yaitu dirasakan oleh individu sebagai
anggota kelompok. Tehnik ini membawa
keuntungan pada diri klien/murid, diantaranya;
a.
Menghemat waktu dan tenaga .
b.
Menciptakan kesempatan bagi semua siswa untuk berinteraksi dengan
konselor, yang memungkinkan siswa lebih berkeinginan membicarakan perencaan
masa depan atau masalah pribadi-sosial.
c.
Menyadarkan siswa bahwa kenyataan yang sama juga dihadapi oleh
teman-temannya sehingga mereka terdorong untuk berusaha menghadapi kenyataan
itu bersama-sama dan saling mendiskusikannya.
F.
SYARAT KONSELOR BIMBINGAN KONSELING ISLAMI
Seorang
konselor Islami harus mememiliki akhlak sebagai berikut.
a. Berkomunikasi secara baik
a. Berkomunikasi secara baik
Dalam
melakukan konseling, perlu dilakukan dengan komunikasi yang baik. Tanpa
komunikasi yang baik, niscaya pesan yang diinginkan sulit menimbulkan efek yang
positif terhadap klien. Dalam al-Qur'an, terdapat beberapa isyarat tentang
pola-pola komunikasi seperi di bawah ini :
1.
Qawlan ma'rufan (Al-Baqarah: 263; An-Nisa': 8; Al-Ahzab: 32)
maksudnya Perkataan yang baik Bahasa yang sesuai dengan tradisi, bahasa yang
pantas atau cocok untuk tingkat usianya bahasa yang dapat diterima akal untuk
tingkat usia.
2.
Qawlan kariman (Al-Isra': 23) maksudnya Perkataan yang mulia Bahasa
yang memiliki arti penghormatan, bahasa yang enak didengar karena terdapat
unsur-unsur kesopanan.
3.
Qawlan maysuran (Al-Isra': 28) maksudnya Perkataan yang pantas
Bahasa yang dimengerti, bahasa yang dapat menyejukkan perasaan.
4.
Qawlan balighan (An-Nisa: 63) maksudnya Perkataan yang mengena/
mendalam Bahasa yang efektif, sehingga tepat sasaran dan tujuannya, bahasa yang
efisien, sehingga tidak membutuhkan banyak biaya, waktu dan tempat.
5.
Qawlan layyinan (Thaha: 44) maksudnya Perkataan lemah lembut Bahasa
yang halus, sehingga menembus relung kalbu, bahasa yang tidak menyinggung
perasaan orang lain, bahasa yang baik dan enak didengar.
6.
Qawlan sadid (An-Nisa': 9)
maksudnya Al-Ahzab: 70 Perkataan benar dan berimbang Bahasa yang benar, bahasa
yang berimbang (adil) dari kedua belah pihak.
7.
Qawlan azhima (Al-Isra': 80) maksudnya Perkataan yang berbobot
Bahasa yang mendalam materinya, bahasa yang berbobot isinya.
8.
Qawlan min rabb
rahim (Yasin: 58) maksudnya Perkataan rabbani Bahasa yang isinya bersumber dari
Tuhan, bahasa yang yang mengandung pesan Tuhan.
9.
Qawlan tsaqila (Al-Muzammil: 5) maksudnya Perkataan yang berat
Bahasa yang berbobot yang mengandung informasi kewajiban manusia, syariah,
halal-haram, hukum pidana-perdata.
Bahasa-bahasa di atas dapat digunakan seorang konselor untuk
melihat kondisi dan psikologi klien sehingga tujuan dari proses konseling dapat
tercapai dengan baik.
b.
Kasih Sayang
Kasih
sayang (rahmah) adalah sifat yang wajib dimiliki oleh setiap konselor.
Karenanya orang yang hatinya keras tidak layak menjadi konselor. Sebab, kasih
sayang yang merupakan gerakan kalbu adalah modal perasaan yang secara otomatis
bisa mendorong pendidik, dan menolak untuk tidak suka meringankan beban orang
yang di didik. Perilaku kasih sayang turut menentukan keberhasilan seorang
konselor dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada klien sehingga ditemukan
problem solving yang efektif.
c.
Lemah Lembut
Sikap lemah
lembut merupakan sikap yang tidak bisa dipisahkan dari sikap kasih sayang yang
harus dimiliki oleh seorang konselor. Demikian halnya Rasulullah SAW, sebagai
konselor umat sepanjang zaman, juga memiliki akhlak yang lemah lembut. Akhlak
ini memang telah dianugerahkan Allah kepada para Nabi-Nya.
d.
Sabar (patience)
Sabar adalah
bekal setiap konselor. Seorang pendidik (konselor) yang tidak berbekal
kesabaran, ibarat musafir yang melakukan perjalanan tanpa bekal. Bisa jadi dia
akan gagal, atau kembali sebelum sampai ke tempat tujuan. Melalui kesabaran konselor dalam proses
konseling dapat membantu klien untuk mengembangkan dirinya secara alami. Sikap
sabar konselor menunjukkan lebih memperhatikan diri klien dari pada hasilnya.
Konselor yang sabar cenderung menampilkan kualitas sikap dan perilaku yang
tidak tergesa-gesa.
e.
Tawadhu’
Untuk menggugah
simpati klien, sifat tawadhu' dari seorang konselor juga diperlukan. Dengan
sifat tawadhu' akan menambahkan keakraban antara keduanya.
f.
Toleransi
Dalam melaksanakan konseling, seorang konselor juga dituntut untuk
bersikap toleran terhadap kliennya. Kebijaksanaan dan bersikap toleransi kepada
orang yang yang sedang bermasalah dan meminta agar seorang konselor
tersebut membantunya untuk menyelesaikan
persoalan tersebut.
g.
Demokratis dan Terbuka
Sebagai seorang
konselor yang bijaksana, juga diperlukan sikap toleransi yang tinggi kepada
klien. Perlu pula keterbukaan antara keduanya sehingga berbagai persoalan yang
dihadapi oleh klien dapat diselesaikan.
h.
Jujur (honesty)
Yang dimaksud
jujur di sini adalah bahwa konselor itu bersikap transparan (terbuka),
autentik, dan asli (genuine). Sikap jujur ini penting dalam konseling, karena
alasan-alasan berikut:
1.
Sikap keterbukaan memungkinkan konselor dan klien untiik menjalin
hubungan psikologis yang lebih dekat satu sama lainnya di dalam proses
konseling. Konselor yang menutup atau menyembunyikan bagian-bagian dirinya
terhadap klien dapat menghalangi terjadinya relasi yang lebih dekat. Kedekatan
hubungan psikologis sangat penting dalam konseling, sebab dapat menimbulkan
hubungan yang langsung dan terbuka antara konselor dengan klien. Apabila
terjadi ketertutupan dalam konseling dapat menyebabkan merintangi perkembangan
klien.
2.
Kejujuran
memungkinkan konselor dapat memberikan umpan balik secara objektif kepada
klien.
i.
Dapat
Dipercaya (Trustworthiness/amanah)
Kualitas ini
berarti bahwa konselor itu tidak menjadi ancaman atau penyebab kecemasan bagi klien.
Kualitas konselor yang dapat dipercaya sangat penting dalam konseling, karena
beberapa alasan yaitu sebagai berikut:
1.
Esensi tujuan konseling adalah mendorong klien untuk mengemukakan
masalah dirinya yang paling dalam. Dalam hal ini, klien harus merasa bahwa
konselor itu dapat memahami dan mau menerima curahan hatinya (curhatnya) dengan
tanpa penolakan. Jika klien tidak memiliki rasa percaya ini, maka rasa
prustasilah yang menjadi hasil konseling.
2. Klien
dalam konseling perlu mempercayai karakter dan motivasi konselor. Artinya klien
percaya bahwa konselor mempunyai motivasi untuk membantunya.
3.
Apabila klien mendapat penerimaan dan kepercayaan dari konselor,
maka akan berkembang dalam dirinya sikap percaya tnrhadap dirinya sendiri. Hal ini relevan dengan ajaran al-Qur'an yang
menuntut manusia untuk bersifat amanah.
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh, (Qs. al-Ahzab/33: 72)
j.
Adil
Seorang konselor harus bersikap adil dalam melakukan proses
konseling kepada kliennya. Prinsip keadilan ini sangat penting memahami masalah
yang dihadapi klien lalu memperlakukannya sesuai dengan prinsip keadilan itu
sendiri.
BAB III
KESIMPULAN
KESIMPULAN
1. Bimbingan ialah suatu proses membantu individu
melalui sendiri untuk mengembangkan dan menemukan kemampuannya agar memperoleh
kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.
2. Konseling adalah serangkai hubungan langsung
dengan individual yang bertujuan untuk membantu dia langsung dalam bersikap dan
tingkah laku. Bimbingan amatlah penting peranannya, sebab semakin tinggi dan
penting peranannya, berbagai ilmu pengetahuan manusia di dunia, makin
bertambahlah masalah-masalah kehidupan manusia dan tata susunan masyarakat.
3. Melalui bimbingan siswa kelak dapat
menyesuaikan diri setiap keadaan. Dalam bimbingan dan konseling terdapat dasar,prinsip dan latar belakang
diperlukannya bimbingan dan konseling.
Prinsip-prinsip yang dimaksud disisni ialah hal-hal yang dapat menjadi pegangan
didalam proses bimbingan dan konseling.
4. Siswa sangat
memerlukan bimbingan dari seorang guru yang mampu mengerti permasalahan yang
mereka hadapi. Baik permasalahan dalam menyesuaikan diri dengan siswa lain,
masalah keluarga, masalah pergaulan dengan teman sebaya, ataupun masalah yang
berkaitan dengan tugas belajar, serta masalah menghadapi jenjang sekolah yang
lebih tinggi yaitu tingkat SMA. Maka dari itu, diperlukan seorang guru
pembimbing dalam membantu menyelesaikan permasalahan tersebut.
5. Guru pembimbing
(konselor) berperan dalam membimbing dan mengarahkan siswa untuk memiliki
pribadi yang baik dan bertanggung jawab, ini dilakukan melalui orang tua maupun
langsung pada siswa tersebut melalui beberapa layanan yang ada.
daftar pustaka tidak ada
BalasHapus